Minggu, 03 April 2011

Lahirnya Kota Banyuwangi untuk Menghancurkan Blambangan

Pendapat Dr. Sri Margana yang  mengambil Doktor di Universitas Leiden , Belanda, dengan disertasi  “Java’s Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan“ dalam wawancaranya di Tempo edisi September 13sd 19 September, menyatakan  bahwa cerita Damarwulan ,Menakjinggo merupakan usaha untuk melakukan delegimitasi dan sinisme raja Blambangan , karena  Cerita Damarwulan dan Prabu Menakjinggo ini ditulis dalam buku Serat Kanda / Serat Damarwulan oleh sastrawan dari keraton Surakarta dan dipentaskan dalam bentuk Langendrian (Operate) oleh Mangkunegara IV (1853 sd 1881). Kemudian dipopulerkan di Banyuwangi oleh penguasa Banyuwangi yang masih berdarah Surakarta. (The Struggle for Hegemony of Blambangan)



Deskripsi tentang kerajaan Blambangan yang disampaikan   DR Sri Margana yang  mengambil Doktor di Universitas Leiden , Belanda, dengan disertasi  “Java’s Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan“ yang dimuat di Intermezo majalahTempo edisi tgl13 dan 19 September juga menggambarkan kemakmuran Kerajaan Blambangan dan membuka fakta baru tentang kerajaan Blambangan, sebagai berikut;
  1. Kerajaan Blambangan (mencakup daerah Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi) tidak runtuh setelah perang Paregreg, malahan tetap bertahan sampai abad ke 18,atau tiga abad setelah Majapahit runtuh.
  2. Kerajaan Blambangan , dalam mempertahankan existensinya, mampu bergerak dengan mobilitas yang sangat tinggi, terbukti kerajaan Blambangan telah memindahkan ibukota  kerajaan sampai 6 (enam) kali.(Lumajang, Panarukan , Kedawung /Jember, Macan Putih, Ulupampang,Lateng/Banyuwangi)
  3. Kerajaan Blambangan selain mampu membangun kembali kekuasaaan dan kejayaannya setelah kekalahannya dalam perang Paregreg, juga  dapat membendung serangan Kerajaan Demak,dan Kerajaan Mataram/Surakarta pada tahun 1639,1648,1665
  4. Kerajaan Blambangan mencapai kemakmuran dan kewibawaan  yang luar biasa, pada masa Prabu Tawang Alun II dari tahun 1655 sd 1692, ini terbukti istrinya mencapai 400 orang, dan ketika Prabu Tawangalun II meninggal. istri yang mengikuti sati  sebanyak 270 orang.
  5. Perang Pangeran Jagapati/Puputan Bayu   adalah perang yang tersadis dalam sejarah perang di Indonesia. Tubuh dan kepala para prajurit yang tewas digelantungkan di pepohonan sekitar benteng.Lumbung padi dibakar, sehingga rakyat kelaparan dan disusul merebaknya wabah penyakit.
  6. DR. Sri Margana juga menyampaikan, ada mitos yang berkembang di Mataram saat itu ( sekitar abad 18 ) , bahwa prajurit Blambangan kebal terhadap senjata.Jika keris maupun tombak dapat membunuh prajurit Blambangan, maka senjata tersebut dinyatakan sakti dan layak dipakai perang.
  7. Daya tahan kerajaan Blambangan , terutama karena keandalan rakyatnya dan strategy perangnya.
Kemakmuran Blambangan ini, seperti dikemukakan Drs I.Wayan Sudjana M.A dalam bukunya Nagari Tawon Madu , Sejarah Politik Blambangan abad ke XVIII,Larasan Sejarah 2001,nampak pada jumlah pasukan yang dikerahkan oleh Sultan Agung , raja Agung Mataram untuk menaklukan Blambangan pada tahun 1639, Jumlah tentara yang dikerahkan mencapai 30.000 orang. Dengan pasukan sebesar itu ternyata Blambangan juga tidak dapat ditaklukan, meskipun jumlah tentara Blambangan yang ditawan dan diangkut ke Mataram mencapai 5000 orang (hal 28) dan setelah serangan itu malah Blambangan lebih berjaya dibawah dinasti Tawangalaun  dan  berlanjut sampai zaman Pangeran Pati III, yang memerintah dari 1736 sampai 1768. Gambaran tentang kemakmuran Kerajaan Blambangan ini bersumber dari references yang didapat beliau dari Leiden University sebagai berikut
  1. Pada masa pemerintahan P.Pati III/ Prabu Hamangkupuro, Kerajaan Blambangan , digambarkan sebagai KARTA KARTI KANG NAGARI,atau dinyatakan  zaman KERTAYUGA ./AMAN TENTRAM(45)
  2. Pangeran putra mahkota berhak menempati “dalem” nyang disebut Manik Lingga / Istana Permata. Yang menonjol yaitu pakaian pangeran dan perlengkapan , keris dibuat dari emas dan payung kebesarannya berwarna kuning emas( 37).
  3. Dalam pemerintahan P.Pati  didampingi dua patih ( biasanya satu.)yaitu Patih Dalem  yang mengurus rumah tangga Istana dan Patih Kiwa yang menurusi pemerintahan . Pemerintahan juga didukung oleh 72 mantri/ bekel Agung.(42)
  4. Pada saat menghadapi serbuan kerajaan Buleleng yang dibantu orang bugis.P.Pati mengirim 3000 JAGABELA sebanyak 3000 orang yang bersenjatakan keris emas. Dengan kekuatan tempur itu dan dukungan rakyat ,serbuan Kerajaaan Buleleng digagalkan.(45)
  5. Struktur pembagian Kerajaan Blambangan , terdiri atas Nagarai ( Istana). Jawikuta ( Ibukota), Mancadesa, Pasisiran, Wanadri. Istana dan Jawi Kuta berpenduduk 18000sampai dengan 20000 (dua puluh ribu), Sedang Daerah Blambangan yang sangat luas itu terdiri atas 200 dusun yang berpenduduk masing 200 orang.
  6. Disamping daerah yang sangat luas kerajaan Blambangan juga memiliki pelabuhan Ulupampang /Muncar yang sangat ramai. Export Blambangan meliputi sarang burung, beras, dan hasil hutan. Sejak tahun 1600 Pelabuhan Ulupampang setiap tahun mengexport sarang burung seharga  empat ribu found sterling, 1 ton bahan lilin, dan 600 ton beras, dan hasil hutan lainnya. Ulupampang  dipenuhi perahu besar milik kerajaan, perahu besar bangsa China, dan Bugis.  Selain perahu tersebut, pelabuhan Ulupampang , setiap setengah tahun disinggahi kapal Inggris yang berlayar ke Australia untuk membeli perbekalan sejak tahun 1696. Tercatat yang mengunjungi Ulupampang adalah Francis Drake , dengan membawa kapal The Paca  berbobot 70 ton, dan The Swan berbobot 50 ton.Juga Thomas Candish telah tinggal selama dua minggu di Ulupampang , dengan membawa kapal “Pretty” dan” Wilhems”
Jumlah Penduduk Blambangan pada tahun 1811 seharusnya dua kali lipat 80000 atau 160000.
 Belanda telah melakukan usaha usaha systemik sehingga mengakibatkan penyusutan penduduk Blambangan sebesar 90 % dengan melakukan pembunuhan besar besaran terhadap orang Banyuwangai , pemindahan paksa, terjadi pembiaraan ketika merebaknya penyakit, penistaan , dan penyiksaan yang sangat kejam yang mengakibatkan penduduk Banyuwangi/Blambangan  menyusut secara tajam dari 80 ribu pada tahun 1750 menjadi 8 ribu pada tahun 1811.   Belanda telah melakukan pembunuhan systemik/genocida Mengapa Belanda melakukan Genocida
Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan ; 


1.  PERANG WONG AGUNG WILIS , PUPUTAN BAYU ADALAH PERANG DAHSYAT,MEMPEREBUTKAN  TEMPAT STRATEGYS
Perang Wong Agung Wilis merupakan  perwujudan permusuhan yang mendalam antara Inggris dengan Belanda untuk memperebutkan posisi perdagangan di dunia/Eropa  dan permusuhan yang mendalam antara  Mataram dengan Blambangan memperebutkan  legitimasi  sebagai penerus Majapahit. Ini terbukti pertempuran yang berulang kali terjadi antara Mataram /Surakarta dengan Blambangan.          
Disamping itu posisi Blambangan dan Bayualit sangat strategis  bagi   Inggris,sesuai pendapat Sir Stanford Raffless(History of Java,h 101) Posisi Jawa di selatan di Benua Asia dan Hindia akan sama dengan posisi Mesir dan Sicilia di selatan Eropa.Dimulai sejak awal pemerintah Inggris berjoang untuk menguasai wilayah ini dan akhirnya menjadi pemerintah sementara, maka dimulailah satu babak baru dalam kehidupan yang lebih manusiawi dan adil , di pulau yang semestinya diperhitungkan  oleh tiap kota metropolis , pelabuhan  maupun daerah  kecil mulai dari ujung Pantai Cina sampai Teluk Benggala…..
Blambangan dapat dijadikan pelabuhan persinggahan oleh kapal dagang dan kapal perang Inggris dalam perjalanan menuju ke Australia, setelah menempuh perjalanan jauh , mengelilingi Afrika singgah di Yaman/Oman , kemudian India, tetapi masih memerlukan perjalanan panjang dan mengarungi samudra India untuk mencapai Australia. 
Hal ini juga dikemukakan oleh Drs I.Wayan Sudjana  dalam bukunya Negeri Tawon Madu, yang banyak mendasarkan pendapatnya dari para penulis Belanda yang tersimpan dalam arsip Leiden University, seperti yang telah ditulis diatas, tetapi untuk lebih meyakinkan saya mengutip lagi pendapatnya sebagai berikut:Sejak tahun 1760 Inggris telah mencari tempat persinggahan (24)…..Sebelum tahun 1766, minimal dua kapal Inggris singgah di pelabuhan Ulupampang, tetapi setelah tahun 1766, hampir setiap bulan kapal Inggris singgah di Ulupampang. Inggris membeli perbekalan dan menjual senjata pada Blambangan (61) Dan jika perang perang tersebut hanya sekedar perang saudara dan kemudian VOC datang membantu menyelesaikan, maka bagaimana mungkin J.K.J de Yonge , mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal 31 Desember 1781 kepada pemimpin VOC bahwa Perang Puputan Bayu  yang berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80 ton emas (1883)  . (Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung Timur Jawa . Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010) .   Maka pastilah kedua orang Belanda tersebut telah melakukan kebohongan besar.

2.  FAKTA FAKTA , PERANG WONG AGUNG WILIS
2.1.Permusuhan Inggris dan Belanda ( VOC) Sejak tahun 1700 an , The Great Britain mulai menunjukan kemajuan yang sangat pesat, penaklukan dinasty Manchu di China, dan penemuan benua Australia serta semakin kokoh kekuasaan di India, membuktikan semakin perkasanya kekuasaan The Great Britain dalam perdagangan dunia /Eropa. London secara pasti telah mengambil alih  kekuasaan  Amsterdam sebagai pusat keuangan di Eropa. Sementara V.O.C, semakin terseok seok , tidak mampu memberantas korupsi para pembesarnya ditanah jajahan terutama di Jawa, sedang  hutang Mataram ( Surakarta) kepada VOC semakin membengkah tak pernah dibayar. Pada tahun 1730, di tanah Jawa yang subur dan menjanjikan ini, ternyata VOC  malah mengalami kerugian sebesar 7.7 juta gulden.( History of Java) .Karena itulah VOC memanfaatkan  Mataram (Surakarta) yang  terlibat dalam perang saudara tidak terselesaikan. Belanda dengan segala tipu dayanya, politik belah bambu akhirnya dapat memaksakan perjanjian Giyanti 1755, yang membelah Surakarta. Dengan perjanjian itu  VOC dapat memaksa Mataram/Surakarta melunasi hutangnya  , memberikan kewenangan yang lebih besar dan untuk menguasai Jawa Timur/termasuk Blambangan.


2.2.Permusuhan Surakarta /Mataram dan Blambangan.
Budiarto Shambazy, pada Kompas tgl 4 Desember 2010 ,dalam tulisannya “Sejarah memang saya parah” pada kolom Politik Ekonomi, menyatakan : Tipologi kekuasaan ..Kultur Mataram sekitar abad ke 16 sampai dengan abad 19, Elite Mataram /Surakarta emoh ada “dua MATAHARI”: apalagi ketika kehilangan Karisma, wibawa,dan Kuasa.
Blambangan mempunyai kedudukan legal (legitimate) sebagai turunan   kerajaan Majapahit, dibanding kerajaan manapun( Benarkah Menakjinggo Culas.,Ambisius dan Tidak tahu diri).Blambangan mewarisi kerajaan Majapahit, dan diakui oleh kerajaan Demak, dan mematahkan serangan Demak di Pasuruan ( Tome Vires,  Suma Oriental, Spanyol ). Dan Mataram berusaha menjadi pewaris Majapahit. Tiga kali Mataram (Surakarta ) melakukan serangan besar ke Blambangan pada tahun 1639, 1648, 1665, namun serangan itu tidak pernah menundukan Blambangan. Serangan tahun 1639 yang  dipimpin oleh Sultan Agung, telah  menaklukan sebagian besar Jawa Timur dan Madura. Tetapi Blambangan belum tertundukkan Oleh karena itu Sultan Agung me nyatakan Blambangan dan Sumedang , paling berbahaya bagi Mataram / Surakarta. (Hystory Of Java 509.) Di satu sisi, Blambangan dan kerajaan di Jawa Timur juga merasa heran dan terhina, dengan tindakan Mataram (Surakarta), yang tanpa dasar telah menyerahkan Malang, Pasuruan, Blambangan kepada V.O.C. Bagaimana mungkin Mataram/Surakarta menyerahkan Malang ,Pasuruan , Blambangan padahal serangan Mataram Surakarta pada tahun 1639,1648,1665, telah dipatahkan oleh Blambangan  dan  malahan Trunojoyo(1674sd 1677) dan Untung Surapati  (1684 sd 1706) telah pernah menaklukan Mataram.                                                                                                                                    Sementara  Surakarta/Mataram terbelit hutang yang luar biasa besarnya pada VOC,dan terjerumus dalam perang yang panjang, Blambangan malahan menjadi negara yang makmur dibawah Prabu Tawangalun II( 1655 sd 1692) . Maka tidak heran setelah perjanjian itu , keturunan Trunojoyo , dan Untung Surapati, seperti halnya Blambangan melakukan perlawanan.( Babad Wong Agung Wilis).


2.3. Bukan Opium tetapi tempat Strategis
Posisi Strategys, P.Jawa telah diuraikan diatas,mulai awal pemerintahan Inggris dan itu disyukuri ketika Inggris telah menguasai Jawa pada zaman Raflless.(101) Nilai  penting Blambangan juga dikemukakan oleh Stanford Raffles bahwa seorang Inggris Mr. Yesse telah membangun pemukiman di Balambangan pada tahun 1774, tetapi kemudian tidak diteruskan karena harus pindah ke Borneo ( 144). Jejak bekas pembangunan itu , terlihat dari pola kota yang teratur rapi  dibangunnya kantor dagang  oleh oleh Inggris sekitar tahun 1766  yang sekarang dikenal dengan INGGRISAN. Pada saat itu juga di bangun bandar Tirtaganda atau Tirta Arum.( baca juga Melacak  peninggalan Inggris di Blambangan)

Posisi strategys Banyuwangi , semakin jelas pada tahun 1800an, ketika Australia mulai melakukan explorasi emas. Maka ketika Sir Stanford Raffless  menjadi Letnan Jendral Jawa dan Sumtera. berkeberatan menyerahkan Banyuwangi dan Bengkulu , kepada Belanda. Dan baru menyerahkan kepada Belanda setelah Inggris menguasai Singapore dan mendapat jaminan Singapore sebagai daerah perdagangan bebas dan Inggris diberi kebebasan berlayar ke Australia. 2.4.Perang besar didarat dan dilaut  dan berlangsung lama.
Dari babad Wong Agung Wilis, kita temui fakta fakta berikut;
  • Keputusan untuk perang menghadapi wong Agung Wilis, diputuskan oleh pimpinan pusat VOC.
  • Pimpinan pusat VOC, memerlukan datang ke Pasuruan, untuk mendapatkan fakta dari pimpinan Blambangan yang kalah.
  • Pimpinan VOC, mensyaratkan penyerahan sepenuhnya Blambangan dan sebagai syarat pertemuan , pimpinan VOC meminta hadiah gadis gadis Blambangan.
  • Keputusan penyerbuan ke Blambangan dihadiri para adipati dari seluruh  Jawa Timur, dan pimpinan Mataram/Surakarta
  • Penyerbuan ke Blambangan ,selain tentara VOC yang bersenjata api juga mengerahkan tentara yang sangat besar yang terdiri dari Surakarta,Pasuruan , Banger, Surabaya, Madura yang  didukung oleh ratusan kapal. Setelah gagal penyerbuan melalui darat maka penyerbuan /expedisi militer dilakukan melalui laut.
  • Pasukan Blambangan , terdiri lebih dari 4000 sampai 6000 orang, selain menggunakan  persenjataan tradisionil, juga memiliki meriam dan  senjata api, dan didukung oleh Mengwi, China, Bugis. Meskipun fakta tentang persenjataan dalam Perang Wong agung Wilis ini tidak dapat dilacak , tetapi sebagai gambaran dapat dikemukakan ,bahwa sisa prajurit wong Agung Wilis ya ng melarikan diri ke Nusa Barong , memiliki 8 perahu besar yang mampu berlayar sepanjang tahun, memiliki 8 meriam, 100 pucuk senapan. Tentang keikut sertaan bangsa china dalam perang ini,karena  perang ini terjadi setelah pemberontakan China di Jakarta (1740), dan keberadaan pelarian China dari perang tersebut  dipimpin oleh Tan Hui Cin Jin, dan untuk menghormati  dan rasa terima kasih pada sang Nachkoda , dikelurahan Karangrejo dibangun Klenteng HOO TIONG BIO.dan setiap hari peresmiannya diperingati secara besar besaran.( Kamus Budaya dan Religi Using .Prof Dr. Ayu Sutarto MA, LEMBAGA Penelitian Universitas Jember. 2010) Sedang keterlibatan tentara Bugis sudah terjadi pada perang Trunojoyo sebagai akibat perang besar di Sulawesi yang dipimpin Sultan Hasanudin (1631 sd 1670).Disamping itu perang ini mendapat  dukungan dari  Inggris , dengan adanya kapal dagang dan kapal perang  serta penjualan  senjata api .(Pelabuhan Ulupampang, menjadi basis orang China dan Bugis untuk melakukan perdagangan ke Sumatra, Syahbandar Ulupampang adalah seorang China. )
Dari arsip di Leiden Belanda  Drs .I.Made Sudjana M.A menemukan fakta fakta tentang betapa dahsyatnya perang  ini;
  1. Pada tahun 1767, Kompeni mengirimkan expedisi militer  dibawah pimpinan Edwijn Blanke dengan mengerahkan 335 serdadu Eropa , 3000 laskar Madura dan Pasuruan, 25 buah kapal besar dan sejumlah kapal kecil ( 63)
  2. Dan pada tahun 1768, Kompeni memberi bantuan tambahan dibawah pimpinan DE Groen  dengan mengerahkan 302 orang serdadu Belanda, 1000 orang laskar Madura,400 orang dari Surabaya, 1700 dari Lumajang, 13 buah kapal (65)
Dan J.K.J de Yonge ( 1883) menyatakan perang ini sebagai perang yang menghabiskan biaya sangat besar yaitu sebesar 80 ton emas, dengan mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal 31 Desember 1781 kepada pemimpin V.O.C.yang menyatakan Perang Puputan Bayu  yang berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80 ton emas.(Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung Timur  Jawa Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010). Pada tahun 1779 VOC mengalami kerugian sebanyak 85 juta gulden.  Dan pada tahun 1799,VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan.Dan setelah kerajaan Belanda menjadi Jajahan Perancis /Napoleon.

Dari catatan Sumono, di atas, maka dapat disimpulkan bahwa BABAD BLAMBANGAN (1, 2, 3, 4), adalah sebuah rekayasa untuk pengkaburan sejarah Blambangan yang sebenarnya. Dengan menyebarkan isu2 BOHONG bahwa orang Blambangan tertutup, anti Islam, membenci orang Bali. (tujuan agar persaudaraan Blambangan - Bali pecah, dan memperburuk nama reputasi Blambangan) ,  Kemudian VOC (Gazeghebber) menempatkan Mas Alit (Keturunan Surakarta,7 Desember 1773),. Menjadi Tumenggung Blambangan dengan gelar Tumenggung Wiroguno di Ulu Pangpang (Benculuk), dengan tujuan memutuskan hubungan Blambangan dengan Mengwi (Bali), sehingga kekuatan Blambangan menjadi lemah. Kemudian VOC membuka kota baru di hutan Tirtaganda (Tirta - Ganda = Banyu - Wangi), sebelah Utara Kali Lo. Dengan lahirnya Banyuwangi, maka putuslah persaudaraan Blambangan - Mengwi dan atas kerjasama Bupati Banyuwangi dan Belanda, para kesatria gagah perkasa sisa Puputan Banyu, dibantai, di isolir, di intimidasi, sampai akhirnya sejarah Blambangan benar-benar tebenam dan digantikan cerita-cerita antagonis ciptaan Belanda CS, serta keturunan Blambangan (Arya Blambangan) asli sudah mulai habis, yang semakin menambah keterpurukan Nama Besar Blambangan tercinta..